Membuat pakan fermentasi atau silase adalah jurus andalan peternak modern untuk mengatasi kelangkaan pakan di musim kemarau. Bayangkan memiliki “bank pakan” yang awet berbulan-bulan, bernutrisi tinggi, dan sangat disukai kambing. Namun, di balik janji manis itu, banyak peternak yang justru menemui kegagalan. Pakan yang diharapkan menjadi solusi malah berakhir busuk, berjamur, dan terbuang sia-sia. Kegagalan ini seringkali disebabkan oleh kesalahan sepele dalam proses fermentasi pakan ternak kambing.
Jika Anda pernah mengalami silase yang baunya busuk seperti comberan, warnanya menghitam, atau bahkan berlendir, Anda tidak sendirian. Kesalahan-kesalahan ini sangat umum terjadi, terutama bagi pemula.
Artikel ini akan mengupas tuntas 5 kesalahan paling fatal yang sering terjadi dan bagaimana cara menghindarinya, agar setiap drum pakan yang Anda buat berhasil sempurna.
Baca Juga: 10 Nutrisi Pakan Kambing Cepat Gemuk
Memahami Dasar-Dasar Proses Fermentasi Pakan Ternak Kambing
Sebelum membahas kesalahannya, kita perlu satu pemahaman. Apa itu fermentasi pakan? Anggap saja proses ini seperti membuat tape atau acar. Tujuannya adalah mengawetkan hijauan dalam kondisi tanpa oksigen (anaerob) dengan bantuan bakteri baik, yaitu Bakteri Asam Laktat (BAL).
Bakteri baik ini akan “memakan” gula yang ada pada hijauan dan mengubahnya menjadi asam laktat. Asam laktat inilah yang akan menurunkan tingkat keasaman (pH) pakan, sehingga bakteri pembusuk dan jamur tidak bisa tumbuh.
Jadi, kunci utama keberhasilan proses fermentasi pakan ternak kambing hanya satu: menciptakan dan menjaga kondisi benar-benar kedap udara (anaerob).
5 Kesalahan Fatal yang Membuat Proses Fermentasi Gagal Total
Berikut adalah lima biang keladi yang paling sering membuat pakan fermentasi Anda gagal.
Kesalahan 1: Bahan Baku Terlalu Basah (Kadar Air Tinggi)
Ini adalah kesalahan nomor satu. Peternak seringkali langsung mencacah rumput atau hijauan yang baru saja dipanen (terutama di musim hujan) lalu memasukkannya ke dalam drum.
Masalahnya: Kadar air yang terlalu tinggi (di atas 80%) akan menghambat pertumbuhan bakteri asam laktat yang kita inginkan. Sebaliknya, kondisi ini justru sangat disukai oleh bakteri pembusuk dari genus Clostridium.
Konsekuensinya:
- Silase tidak menjadi asam, melainkan membusuk.
- Aromanya bukan wangi asam seperti tape, melainkan bau busuk menyengat seperti comberan atau bangkai.
- Teksturnya menjadi berlendir (disebut Butyric Acid Silage), dan nutrisinya hancur total. Pakan ini sama sekali tidak layak diberikan pada ternak.
Solusi Jitu: Lakukan Pelayuan! Sebelum dicacah, layukan hijauan terlebih dahulu. Jemur di bawah terik matahari selama 4-6 jam, atau angin-anginkan di tempat teduh selama seharian. Tujuannya adalah menurunkan kadar air hingga level ideal, yaitu 60-70%.
- Tes Sederhana: Ambil segenggam hijauan yang sudah dicacah, lalu peras sekuat tenaga. Jika tidak ada air yang menetes tapi telapak tangan terasa basah, maka kadar airnya sudah pas.
Simak Juga: 7 Kesalahan Pakan Ternak Kambing yang Wajib Dihindari
Kesalahan 2: Wadah Fermentasi Bocor (Tidak Kedap Udara)
Anda sudah melayukan bahan dengan benar, tetapi pakan tetap berjamur? Coba periksa kembali wadah Anda. Oksigen adalah musuh terbesar dalam proses fermentasi pakan ternak kambing.
Masalahnya: Menggunakan drum atau kantong plastik yang memiliki lubang kecil, retakan, atau penutup yang tidak rapat. Kebocoran sekecil apa pun akan menjadi jalan masuk bagi oksigen.
Konsekuensinya:
- Jamur Merajalela: Oksigen akan memicu pertumbuhan jamur (kapang) yang terlihat seperti serabut putih, hijau, atau hitam.
- Menghasilkan Racun: Jamur ini menghasilkan mikotoksin, yaitu racun berbahaya yang bisa menyebabkan kambing sakit, diare, bahkan keguguran.
- Pakan Menjadi Panas: Proses pembusukan aerobik ini menghasilkan panas yang merusak kandungan nutrisi pakan.
Solusi Jitu: Pastikan Wadah 100% Kedap Udara
- Gunakan drum plastik tebal (biasanya berwarna biru) yang memiliki klem penutup dari besi.
- Periksa seluruh permukaan drum, pastikan tidak ada retakan atau lubang.
- Jika menggunakan kantong plastik, pilih yang tebal (ketebalan minimal 0.10 mm) dan gunakan sistem lapisan ganda (dobel) untuk keamanan ekstra.
Wajib Tahu: Cara Raih Untung Maksimal dari Pakan Kambing
Kesalahan 3: Kurangnya Sumber Energi (Gula) untuk Bakteri
Bakteri Asam Laktat (BAL) adalah makhluk hidup. Untuk bisa bekerja cepat, mereka butuh makanan. Makanan utama mereka adalah karbohidrat sederhana atau gula.
Masalahnya: Beberapa jenis hijauan, terutama yang sudah agak tua atau jerami, memiliki kandungan gula alami yang rendah. Akibatnya, bakteri baik kekurangan “bahan bakar” untuk bekerja.
Konsekuensinya:
- Proses fermentasi berjalan sangat lambat.
- Penurunan pH tidak terjadi secara cepat, memberikan jeda waktu bagi bakteri pembusuk untuk berkembang biak lebih dulu.
- Kualitas silase menjadi kurang baik, meskipun mungkin tidak sampai busuk total.
Solusi Jitu: Tambahkan Aditif Sumber Karbohidrat Bantu kerja bakteri dengan menambahkan “starter” atau sumber energi.
- Tetes Tebu (Molase): Ini adalah aditif terbaik. Campurkan molase dengan air (perbandingan 1:4) lalu semprotkan merata ke hijauan.
- Dedak Padi atau Onggok: Taburkan dedak padi atau onggok (sekitar 2-5% dari total berat hijauan) dan aduk rata.
- Menambahkan aditif ini akan mempercepat proses fermentasi pakan ternak kambing Anda.
Jangan Lewatkan: 5 Rahasia Teknologi Pakan Kambing Modern
Kesalahan 4: Pemadatan Kurang Maksimal
Ini adalah kesalahan karena kurang teliti. Bahan pakan hanya dimasukkan ke dalam drum begitu saja tanpa dipadatkan dengan sungguh-sungguh.
Masalahnya: Udara (oksigen) masih banyak terperangkap di antara helaian cacahan hijauan di dalam drum.
Konsekuensinya:
- Sama seperti wadah bocor, sisa oksigen ini akan menjadi penyebab utama tumbuhnya jamur, terutama di lapisan atas dan samping.
- Volume pakan akan menyusut drastis setelah beberapa hari, menciptakan ruang kosong di bagian atas drum yang kemudian diisi oleh udara dan uap air, memicu kerusakan.
Solusi Jitu: Padatkan, Padatkan, dan Padatkan!
- Jangan masukkan semua bahan sekaligus. Masukkan secara bertahap, lapisan demi lapisan (setebal 15-20 cm).
- Setiap lapisan harus diinjak-injak atau ditumbuk dengan kuat hingga benar-benar padat. Lakukan dari bagian pinggir menuju ke tengah.
- Pastikan tidak ada lagi rongga udara yang tersisa. Semakin padat, semakin besar peluang keberhasilannya.
Kesalahan 5: Tidak Sabar, Membuka Wadah Sebelum Waktunya
Rasa penasaran seringkali menjadi musuh. Setelah 1 atau 2 minggu, peternak biasanya iseng membuka tutup drum untuk “mengintip” hasilnya.
Masalahnya: Tindakan ini sama saja dengan melakukan bunuh diri bagi proses fermentasi. Oksigen akan langsung masuk dan merusak seluruh proses yang sudah berjalan.
Konsekuensinya:
- Bakteri asam laktat yang sedang bekerja akan berhenti.
- Bakteri pembusuk dan jamur yang tadinya “tertidur” akan aktif kembali karena mendapat pasokan oksigen.
- Pakan yang seharusnya sudah hampir jadi, malah akan mulai membusuk dari lapisan atas.
Solusi Jitu: Disiplin dan Sabar Adalah Kunci
- Proses fermentasi pakan ternak kambing membutuhkan waktu minimal 21 hari (3 minggu) untuk sempurna.
- Setelah drum ditutup rapat, jangan pernah membukanya lagi sampai waktu panen tiba.
- Beri label tanggal pembuatan pada setiap drum agar Anda tidak lupa. Simpan drum di tempat yang sejuk dan tidak terkena matahari langsung.
Kesimpulan: Kunci Sukses Ada di Tangan Anda
Kegagalan dalam proses fermentasi pakan ternak kambing bukanlah karena nasib buruk, melainkan karena kesalahan teknis yang sebenarnya bisa dihindari. Dengan memahami dan menghindari lima kesalahan fatal ini—bahan terlalu basah, wadah bocor, kurang sumber energi, pemadatan kurang, dan tidak sabar—peluang keberhasilan Anda akan meroket hingga 99%.
Ingatlah bahwa fermentasi adalah ilmu pasti. Lakukan setiap langkah dengan benar, teliti, dan sabar, maka Anda akan memiliki stok pakan berkualitas melimpah yang siap menjaga ternak Anda tetap sehat dan produktif sepanjang tahun.
Tertarik melihat bagaimana produk kami bisa membantu bisnis Anda? Lihat detail produk kami di Katalog Inaproc Kairos Pratama Karya.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Kenapa silase saya warnanya hitam dan bau busuk? Itu adalah tanda pasti kegagalan fermentasi akibat bakteri pembusuk (Clostridium). Penyebab utamanya hampir selalu karena bahan baku yang digunakan terlalu basah (kadar air di atas 80%). Pastikan Anda melakukan proses pelayuan dengan benar.
2. Perlukah menggunakan starter seperti EM4 atau probiotik lain? Tidak wajib, tetapi bisa membantu. Bakteri asam laktat sebenarnya sudah ada secara alami pada tanaman. Namun, penambahan starter seperti EM4 (yang sudah diaktifkan) atau probiotik lain bisa mempercepat dan memastikan dominasi bakteri baik, terutama jika bahan baku kurang ideal.
3. Berapa lama silase bisa disimpan setelah wadahnya dibuka? Setelah dibuka dan terpapar udara, silase akan mulai mengalami penurunan kualitas. Ambil secukupnya untuk pakan 1-2 hari, lalu tutup kembali wadah serapat mungkin. Idealnya, habiskan isi satu drum dalam waktu 1-2 minggu.
4. Semua jenis rumput dan daun-daunan bisakah difermentasi? Hampir semua jenis hijauan bisa difermentasi. Rumput-rumputan (odot, pakchong, tebon jagung) adalah yang terbaik. Daun-daunan seperti daun singkong atau gamal juga bisa, namun seringkali butuh perlakuan pelayuan yang lebih saksama dan penambahan aditif sumber karbohidrat.